Kebangkitan suatu
bangsa tidak dapat terlepas dari peran pemuda di dalamnya. Dalam catatan
berbagai sejarah, tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda merupakan rahasia
kebangkitan yang mengibarkan panji-panji kemenangannya.
“Oleh karena itu, sejak dulu hingga sekarang pemuda merupakan
pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan, pemuda adalah rahasia kekuatannya.
Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya” (Hasan Al-Banna)
Mahasiswa, secara
etimologis berarti siswa yang di-maha-kan, siswa yang dihormati dan dihargai di
lingkungan sekitar terutama lingkungan berbangsa bernegara. Bukan hanya itu,
melainkan ada yang lebih substansial lagi, mahasiswa dalam menjalankan
aktifitasnya dituntut untuk mandiri, kreatif, dan idependen.
Dalam kehidupan
bermasyarakat, mahasiswa menjadi suatu komunitas unik yang khas, bahkan ada
yang mengatakan sebagai suatu yang aneh. Mengapa demikian? Karena mahasiswa
secara historis telah mencatatkan kaki dalam sejarah perubahan, menjadi garda
terdepan, dan motor penggerak perubahan. Komunitas mahasiswa dikenal dengan
jiwa militannya dan pengorbanan yang tak kenal lelah mempertahankan
idealismenya, yang lebih substansial lagi, mahasiswa mampu berada sedikit di
atas kelas masyarakat karena dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
Melihat potensi
mahasiswa yang begitu besar, tidak sepantasnyalah peran mahasiswa yang hanya
mementingkan kebutuhan pribadi saja. Melainkan harus tetap berkontribusi
terhadap bangsa dan negarnya. Seperti yang telah dituliskan di atas, mahasiswa
bukan menjadi siswa yang tanggung jawabnya hanya belajar, mahasiswa memiliki
tempat tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri
dari masyarakat.
Pernah suatu ketika,
ada seorang mahasiswa UI yang melakukan riset di daerah Riau untuk meneliti
deforestasi hutan. Dengan anehnya, mahasiswa itu sangat diperlakukan sangat istimewa
oleh masyarakat sekitar mulai makan, minum, tempat tinggal disediakan begitu
istimewa. Lalu mahasiswa itu bertanya kepada warga, ”Mengapa saya diperlakukan
sangat istimewa tempat ini?” salah seorang penduduk menjawab, ”Karena kamu
MAHASISWA!, kami hanya menggantungkan harapan ke kamu sebagai seorang
mahasiswa, deforestasi hutan di daerah ini begitu gencar, kami kehilangan mata
pencaharian, jika dibiarkan, maka sangatlah mungkin tempat tinggal kami juga
akan hilang, maka dari itu, kami berharap mahasiswa untuk dapat bergerak,
menyelamatkan kami!”.
Kisah ini selalu
membuat saya berlinang air mata, betapa pentingnya peranan mahasiswa bagi
masyarakat, betapa berharganya peran mahasiswa mengkritik apa yang salah dari
pemerintah. Berdasarkan itulah perlu dirumuskan peranan mahasiswa bukan hanya
bagi negara, melainkan masyarakat.
Dalam konteks era
kekinian, peranan mahasiswa mengalami pergeseran nilai dan tujuan. Mahasiswa
kini tak lagi idealis seperti dulu, banyak peranan mahasiswa yang diboncengi
oleh banyak kepentingan yang ada. Selain itu, peranan mahasiswa yang seharusnya
menjadi pembawa aspirasi rakyat, kini mulai bergeser menjadi academic oriented saja dengan hanya belajar sebagai
kegiatan utama. Perlu ingat, mahasiswa hakikatnya lahir dari RAHIM RAKYAT, dan
sudah sepantasnyalah mahasiswa membela kepentingan rakyat.
Penulis sebagai
mahasiswa dapat memetakan setidaknya ada empat peranan mahasiswa yang menjadi
tugas dan tanggung jawab yang harus dipikul. Peranan ini diturunkan apa yang
seharusnya dan paling idealnya.
Creator of Change
Selama ini kita
mendengar bahwa peranan mahasiswa hanya sebagai agen perubahan. Penulis
mengatakan itu tidaklah benar, mengapa? Karena dalam defininya kata ”agen”
hanya merujuk bahwa mahasiswa hanyalah sebagai pembantu atau bahkan hanya
menjadi objek perubahan, bukan sebagai pencetus perubahan. Inilah alasan
mengapa saat ini peranan mahasiswa banyak yang diboncengi pencetus perubahan
lain seperti partai politik, ormas, dan lainnya. Melihat dari kata ”pencetus”,
mahasiswa seharusnya dapat bergerak independen, sesuai dengan idealisme mereka.
Hal ini dapat lihat,
ketika kondisi bangsa ini sekarang tidaklah ideal, banyak sekali permasalahan
bangsa yang ada, mulai dari korupsi, penggusuran, ketidakadilan, dan lain
sebagainya. Mahasiswa yang mempunyai idealisme sudah seharusnya berpikir dan
bertindak bagaimana mengembalikan kondisi negara menjadi ideal. Lalu, apa yang
menjadi alasan untuk berubah? Secara substansial, perubahan merupakan harga
mutlak, setiap kebudayaan dan kondisi pasti mengalami perubahan walaupun
keadaanya tetap diam –sudah menjadi hukum alam. Sejarah telah membuktikan,
bahwa perubahan besar terjadi di tangan generasi muda mulai dari zaman nabi,
kolonialisme, reformasi, dan lain sebagainya. Maka dari itu, mahasiswa dituntut
bukan hanya menjadi agen perubahan saja, melainkan pencetus perubahan itu
sendiri yang tentunya ke arah yang lebih baik.
Iron Stock
Peranan mahasiswa
yang tak kalah penting adalah iron stock atau
mahasiswa dengan ketangguhan idealismenya akan menjadi pengganti
generasi-generasi sebelumny, tentu dengan kemampuan dan akhlak mulia. Dapat
dikatakan, bahwa mahasiswa adalah aset, cadangan, dan harapan bangsa masa
depan. Peran organisasi kampus tentu mempengaruhi kualitas mahasiswa,
kaderasasi yang baik dan penanaman nilai yang baik tentu akan meningkatkan
kualitas mahasiswa yang menjadi calon pemimpin masa depan. Pasti timbul
pertanyaan, bagaimana cara mempersiapkan mahasiswa agar menjadi calon pemimpin
yang siap pakai? Tentu jawabannya adalah dengan memperkaya pengetahuan yang ada
terhadap masyarakatnya. Selain itu, mempelajari berbagai kesalahan yang ada
pada generasi sebelumnya juga diperlukan sehingga menjadi bahan evaluasi dalam
pengembangan diri.
Ada satu pertanyaan
yang menggelitik bagi saya, mengapa bernama iron stock?Bukan golden atau silver stock? Hal
ini masuk akal, karena sifat besi itu sendiri yang berkarat dalam jangka waktu
lama, sehingga diperlukan pengganti besi-besi sebelumnya. Filosofi ini dapat
dibenarkan, karena manusia yang disimbolkan sebagai besi tentu akan mati dan
kehilangan tenaganya, maka dari itu dibutuhkan generasi manusia baru sebagai
pengganti yang lebih baik.
Social Control
Peran mahasiswa
sebagai kontrol sosial terjadi ketika ada yang tidak beres atau ganjil dalam
masyarakat dan pemerintah. Mahasiswa dengan gagasan dan ilmu yang dimilikinya
memiliki peranan menjaga dan memperbaiki nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Mengapa harus menjadi social control? Kita
semua tahu, bahwa mahasiswa itu sendiri lahir dari rahim rakyat, dan sudah
seyogyanya mahasiswa memiliki peran sosial, peran yang menjaga dan memperbaiki
apa yang salah dalam masyarakat.
Saat ini di
Indonesia, masyarakat merasakan bahwa pemerintah hanya memikirkan dirinya
sendiri dalam bertindak. Usut punya usut, pemerintah tidak menepati janji yang
telah diumbar-umbar dalam kampanye mereka. Kasus hukum, korupsi, dan pendidikan
merajalela dalam kehidupan berbangsa bernegara. Inilah potret mengapa mahasiswa
yang notabene sebagai anak rakyat harus bertindak dengan ilmu dan kelebihan
yang dimilikinya. Lalu bagaimana cara agar mahasiswa dapat berperan sebagai
kontrol sosial? Mahasiswa harus menumbuhkan jiwa sosial yang peduli pada
keadaan rakyat yang mengalami penderitaan, ketidakadilan, dan ketertindasan.
Kontrol sosial dapat dilakukan ketika pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan
yang merugikan rakyat, maka dari itu mahasiswa bergerak sebagai perwujudan
kepedulian terhadap rakyat.
Pergerakan mahasiswa
bukan hanya sekedar turun ke jalan saja, melainkan harus lebih substansial lagi
yaitu diskusi, kajian dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, sifat peduli
terhadap rakyat juga dapat ditunjukkan ketika mahasiswa dapat memberikan
bantuan baik secara moril dan materil bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Moral Force
Moral force atau
kekuatan moral adalah fungsi yang utama dalam peran mahasiswa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Lalu mengapa harusmoral force? Mahasiswa dalam kehidupannya dituntut
untuk dapat memberikan contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat. Hal ini
menjadi beralasan karena mahasiswa adalah bagian dari masyarakat sebagai kaum
terpelajar yang memiliki keberuntungan untuk menempuh pendidikan yang lebih
tinggi.
Kini, peran
mahasiswa yang satu ini telah banyak ditinggalkan, banyak kegiatan mahasiswa
yang berorientasi pada kehidupan hedonisme. Amanat dan tanggung jawab yang
telah dipegang oleh mahasiswa sebagai kaum terpelajar telah ditinggalkan begitu
saja. Jika ini terjadi, kegiatan mahasiswa bukan lagi berorientasi pada rakyat,
hal ini pasti akan menyebabkan generasi pengganti hilang. Maka dari itu, peran moral force sangat
dibutuhkan bagi mahasiswa Indonesia yang secara garis besar memiliki goal menjadikan
negara dan bangsa ini lebih baik.
Mahasiswa dengan
segala keunikan dan kelebihannya masih sangat rentan, sebab posisi mahasiswa
yang dikenal sebagai kaum idealis harus berdiri tegap di antara idealisme
mereka dan realita kenyataan. Realita ini yang ada dalam masyarakat, di saat
mahasiswa tengah berjuang membela idealisme mereka, tenyata di sisi lain
realita yang terjadi di masyarakat semakin buruk. Saat mahasiswa berpihak pada
realita, ternyata secara tak sadar telah meninggalkan idealisme dan ilmu yang
seharusnya di implementasikan. Inilah yang menjadi paradoks mahasiswa saat ini.
Posisi mahasiswa di
masyarakat juga masih dianggap sebagai kaum ekslusif, kaum yang hanya bisa
membuat kemacetan di kala aksi, tanpa sekalipun memberikan hasil yang konkret,
yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan kata lain, perjuangan dan peran
mahasiswa saat ini telah kehilangan esensinya sehingga masyarakat sudah tidak
menganggap peran mahasiswa sebagai suatu harapan. Inilah paradigma yang
seharusnya diubah, jurang lebar antara masyarakat dan mahasiswa harus
dihapuskan. Penulis berpendapat, bahwa peran mahasiswa saat ini seyogyanya
memiliki kesinergisan masyarakat dimana mahasiswa bernaung sebagai anak rakyat,
semoga.
”Wahai kalian yang rindu kemenangan, wahai kalian yang turun ke
jalan…
Demi mempersembahkan jiwa dan raga, untuk negeri tercinta…”
semoga dapat
memotivasi kalian, wahai para mahasiswa….